Kamis, 05 November 2015

Anak Kabut

Assalmualaikum wr.wb
Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan atau menceritakan suatu monolog yang berjudul “Anak Kabut” karya Soni Farid Maulana salah satu mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia, yang ditugaskan oleh dosen untuk memenuhi tugas sosiologi-antropologi.
Minggu yang lalu tepatnya hari Kamis tanggal 29 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB saya bersama mahasiswa psikologi angkatan 2014 dan angkatan 2015 menonton sebuah teater monolog di Auditorium FIP baru lantai 3. Teater ini di sutradarai oleh Gustri Yorizal, yang tokoh utamanya seorang perempuan cantik berambut panjang yang kalo tidak salah bernama Ricilia Ryan Putri. Penata artistiknya kamil mubarik serta desain grafisnya Fikri M.
Kata seorang dosen psikologi yang bernama bapak Mif bahwa pertunjukan teater ini pertama ditayangkan perdana pada hari Kamis tanggal 29 Oktober 2015 karena teater ini merupakan teater yang akan diperlombakan di Palembang kalo tidak salah.
Singkat cerita saja, Cerita ini dimulai saat gadis perempuan  yang baru selesai mandi dan langsung ia duduk di depan sebuah meja rias dan berbicara pada cermin. Gadis ini seolah-olah berbicara dengan seseorang tetapi dalam ruangan itu tidak ada siapa-siapa. Ternyata ia berbicara dengan sebuah foto yang menempel di sebuah dinding kamarnya.  Ternyata foto tersebuat adalah seorang lelaki yang ia sebut sebagai suaminya. Ia berbicara kepada foto suaminya itu bahwa ia ingin sekali di tato yang bergambarkan Naga. Mengapa bergambar naga? Mengapa tidak gambar kupu-kupu atau bunga saja? Seorang gadis itu tetap ingin mentato gambar Naga karena ia ingin mencirikan siapa dirinya sebenarnya. Ia juga mnceritakan bahwa dulu ia suka mabuk dan keluyuran tiap malam yang sudah biasa ia lakukan setiap harinya.
Awalnya saya bingung dengan alur ceritanya, saya berfikir dan bertanya-tanya mengapa gadis itu berbicara sendiri, saya kira gadis itu mengalami gangguan mental. Daripada saya tambah pusing dan malah makin bertanya-tanya saya lanjutkan saja menonton teater itu sampai selesai. Setelah saya menonton sampai pertengahan cerita saya mulai mengerti apa yang diceritakan pada monolog tersebut bahwa seorang gadis ini tidak bisa melupakan kejadian dahulu tentang pembunuhan suaminya yang hilah dibakar api disuatu gedung bertingkatoleh seseorang yang tidak bertanggung jawab atas perbuatnnya. Sampai sekarang ia tidak bisa melupakan suaminya itu dan selalu dihantui oleh rasa ketakutan dan kecemasan. Ia juga pernah dibuatkan sebuah lagu yang sangat indah oleh suaminya, teringat oleh sebuah lagu yang dibuatkan oleh suaminya tersebuat ia menghayati dengan penuh rasa rindu kepada suaminya sehingga ia membayangkan berdansa dengan suaminya itu.
Gadis itu merasa bahwa hidupnya berantakan  dan membuatnya kehilangan harapan hidup untuk masa depan. Ia juga ingat dimana ia di lecehkan bahkan diperkosa oleh seorang pria yang menghina dengan penuh rasa benci kepada gadis itu dan mengatakan bahwa wanita itu bukan hanya sebuah daging yang enak dipandang tetapi juga enak buat ditunggangi. Hari demi hari gadis itu terbayang-bayang oleh kejadian yang membuat ia begitu resah. Pembunuhan terhadap suaminya dan perlakuan pemerkosaan oleh seorang lelaki masih berkeluyuran diluar sana dan tidak pernah ditangkap ke pengadilan. Gadis itu bilang bahwa sampai kapanpun ia tidak akan pernah lupa kejadian pada bulan Mei sehingga keadaan biologisnya tergagnggu akan bayangan kejadian yang tidak sewajarnya. Dibalik rasa takut yang menghantuinya bahwa gadis itu percaya bahwa suatu saat nanti akan ada balasan dari Tuhan yang akan membalas segala perbuatan yang merusak tentang dirinya dan ia percaya bahwa tuhan akan mengabulkan doanya yang akan menghukum dan membuat pelakunya itu menjadi jera. Gadis ini berada dilingkungan yang tidak memliliki rasa kepedulian terhadap dirinya tetapi malah menghancurkan negri ini yang membuat bangsa ini menderita.
Dalam teater monolog Anak Kabut ini menjelaskan bahwa tidak mudah untuk melupakan sesuatu kejadian atau kenangan yang sangat menyakitan dalam kehidupannya yang masuk kedalam memory jangka panjang. Dalam monolog ini bahwa gadis tersebut mampu bertahan hidup walaupun banyak sekali cobaan.
Mungkin cukup pengalaman menonton teater monolog yang berjudul Anak Kabut. Semoga cerita ini bisa bermanfaat khususnya bagi pembaca blog ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan karena kesempurnaan hanyalah milik Alaah Yang Maha Esa
Wassalamualikum wr.wb